in

MAKALAH PENDIDIKAN ANAK “Peranan Orang Tua dalam Mendidik Akhlak Anak Sesuai Ajaran Islam”


BAB II

PEMBAHASAN

1.   Pengertian Pendidikan Akhlak Anak Secara Islam

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien.Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.

agama merupakan peraturan, memiliki tata tertib dari Tuhan yang
mengatur hidup dan kehidupan manusia lahir batin, baik hubungan antara manusia
dengan manusia atau makhluk lain, maupun antara manusia terhadap Tuhan dengan
harapan agar selamat di dunia dan akhirat.(2)

Pendidikan agama adalah proses
inkulturasi dari masyarakat untuk mewariskan nilai-nilai agama kepada generasi
berikutnya agar nilai-nilai tersebut tidak hilang. Pendidikan agama yang
dilaksanakan oleh masyarakat merupakan investasi jangka pendek maupun jangka
panjang, yang senantiasa berproses seumur hidup. Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan agama yang telah ditetapkan maka partisipasi dari komponen-komponen
sosial sangat dibutuhkan. Keseluruhan komponen-komponen yang ada pada
masyarakat (keseluruhan pranata sosial) yakni pranata ekonomi, politik,
kebudayaan, teknologi, pendidikan, haruls berjalan secara seimbang dan serasi
dengan yang lain serta harus saling mendukung agar tujuan dari pendidikan agama
yang dilaksanakan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

Pendidikan islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau
tuntunan agama islam dalam usaha membina atau membentuk pribadi-pribadi muslim
yang bertaqwa kepada Allah, memberi 
kemaslahatan bagi diri dan bagi masyarakat pada umumnya. Dalam pendidikan
islam tidak dapat dilupakan adanya unsure-unsur yang saling terkait yaitu:
tujuan pendidikan, bahan pelajara,naga pengajar sebagai pelaksanaan pendidikan
islam, metode yang dipakai oleh pengajar dan anak didik sendiri sebagai
penerima pendidikan islam.(3)

Pengertian Akhlak

Akhlak
berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat,
keberanian, atau agama. akhlak dapat dipelajari dengan
metode pembiasaan, meskipun pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa
melakukan suatu perbuatan/ akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan,
secara terus-menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Al-Ghazali
dalam Ihya
Ulumuddin
  memberikan
definisi akhlak sebagai”suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam
yang melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu”.(4)

Dari
dua defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam diri anak
dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber dari
dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung
pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak
buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan
menjadi akhlak baik bagi dirinya.

Penjelasan
tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan diinternalisasikan
dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya dengan metode pembiasaan.
Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan
pendidik melakukan pembinaan akhlak.

2.   Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Pada hakikatnya semua manusia sama. Sama-sama mempunyai rasa
ketidak puasan.Tidak hanya orang dewasa maupun remaja. Akan tetapi anak-anak
juga mempunyai rasa yang serupa. Tujuannya hanya satu,yakni kepuasan untuk
mencapai kebahagiaan.Manusia akan bermasalah ketika ia merasakan ada hambatan
untuk mendapatkan kebahagiaan, baik hambatan itu datang dari dirinya maupun
dating dari luar dirinya.(5)

Dalam hal ini anak-anak memerlukan pengontrol dalam pencapaian
keinginannya,dalam segala perbuatannya. Disinilah dibutuh berbagai peran dari
berbagai pihak dalam mendidik akhlak anak. Tidak hanya sosok seorang guru dalam
sekolah.Namun salah satu yang sangat berperan penting disini adalah orang tua.
Terlebih pada fase-fase tertentu didalam perkembangan anak. Ketika anak genap
berusia tujuh tahun hingga empat belas tahun. Di masa ini anak tengah
mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia matang dan satu anggota dari
masyarakatnya. Pada fase ini, anak mulai menghilangkan kebiasaannya meniru apa
yang dilakukan oleh orang dewasa dan mulai memperhatikan alam dan lingkungan
sekitarnya. Saat itulah daya pikir anak mulai terbuka dan mampu untuk
berimajinasi dan menangkap banyak masalah yang tidak kasat mata.

Ia mulai berpikir tentang dirinya sendiri. Ia memandang dirinya
sebagai salah satu mahluk yang hidup, berdiri sendiri, dan memiliki kehendak
yang lain dari kehendak orang lain. Cara yang dilakukannya untuk menunjukkan
keberadaan dirinya itu seringkali berupa perlawanan dan penentangan terhadap
apa yang selama ini biasa ia lakukan. Ia berusaha untuk menampakkan jati
dirinya dengan menentang dan membuat keluarganya marah demi menunjukkan kepada
mereka bahwa ia adalah dirinya. Anak seperti ini akan memilih jenis dan warna
pakaiannya sendiri, ingin bebas menentukan pelajaran yang ia sukai, dan
berhubungan dengan siapa pun yang ia sukai dan dengan cara semaunya.

Pada masa inilah orang tua harus memberikan perhatian ekstra
terhadap pendidikannya karena kini ia tengah berada di awal hubungan sosialnya
dalam lingkup yang lebih luas dengan masuknya ia ke sekolah. Sekolah sendiri
berpotensi besar dalam membangun kepribadian anak dengan adanya banyak anak di
sana yang masing-masing mempunyai tingkat kecerdasan dan kegesitan
tersendiri.Anak akan tergugah untuk bersaing dengan mereka dan hal itu sangat
berpengaruh pada karekternya.

Beberapa faktor penting yang berkaitan dengan pembangunan karakter
anak dalam fase ini antara lain adalah pola interaksinya dengan ayah, ibu, dan
seluruh anggota keluarga yang lain, keadaan fisiknya, seperti tinggi dan berat
badannya, serta hal-hal yang didengar dan dipelajarinya.

Berikut
beberapa bentuk tindakan yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya:

1. Pendidikan Ekstra Ketat

Mendidik anak
dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas
dan tanggung jawab yang berada di pundak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah
hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Pada fase ini, anak
sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orang tuanya. Karena itu,
orang tua harus meluangkan waktu dan tenaga yang lebih besar.

Anak perlu
mendapatkan perhatian yang ekstra ketat dalam melewati fase yang rentan ini,
tetapi tentu saja dengan tetap memberinya kebebasan yang merupakan salah satu
kebutuhan aslinya.

Perlu dicatat
juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk ke dalam bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian. Bahkan faktor ini
bisa disebut sangat penting sehingga Rasulullah sendiri
bersabda,     

2. Dorongan
untuk Belajar

Pada fase ini, belajar adalah hal yang penting bagi anak-anak.
Inilah saat yang tepat untuk memberikan dorongan belajar kepada mereka,
mematangkan kekuatan akal, serta mewujudkan kecintaan hakiki mereka terhadap
penguasaan ilmu.

Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang kuat untuk menghapal
apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu, proses belajar menjadi sangat
penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan membuatnya tetap melekat
dalam ingatan anak.

 3. Melatih Anak untuk Patuh

Sikap patuh itu sebenarnya mudah dilakukan. Namun, untuk
melaksanakannya sesuai dengan kemampuan, diperlukan latihan. Anak perlu bantuan
khusus dari orang tua dalam hal melatih diri bersikap patuh sehingga berbagai
macam kesulitan yang mungkin ada pada kepatuhan itu bisa diminimalisasi. Atau,
lebih jauh lagi, si anak tidak merasa asing dengan kepatuhan dan mampu
mengadaptasikannya dengan watak dan budi pekertinya sehingga kepatuhan itu
menjadi kebiasaan sehari-hari. Diharapkan, kelak si anak akan melaksanakan
berbagai macam bentuk kepatuhan dengan gembira, tanpa desakan, keterpaksaan,
atau sikap malas.

Metode yang ditawarkan Islam dalam melatih kepatuhan anak sangat
memperhatikan kemampuan akal dan fisik si anak. Sebagai contoh, dalam hal
latihan melaksanakan shalatDampak positif lain dari latihan bersedekah adalah
bahwa latihan ini bisa menjadi metode terbaik dalam mendidik mereka untuk tidak
terikat kepada hal-hal yang duniawi. Rasa cinta kepada harta juga akan banyak
tereduksi dari jiwa anak dan, tentu saja, hal ini juga akan menumbuhkan rasa
empati kepada fakir miskin.

4. Pengawasan
Anak

Pada fase ini, keberhasilan pendidikan anak juga mensyaratkan
adanya pengawasan orang tua terhadap mereka. Anak-anak perlu diarahkan kepada
hal-hal yang benar dan baik. Mereka juga memerlukan pengawasan dalam hal cara
berpikir, serta pengembangan imajinasi dan humanisme. Tentu saja, semua bentuk
pengawasan itu harus dilakukan dengan dengan cara yang benar jangan sampai
membebani si anak. Dalam waktu-waktu tertentu, sebaiknya orang tua melakukannya
dengan cara seakan-akan dia adalah seorang kawan yang sedang mencoba membantu
si anak dari kesulitan yang ia hadapi.

Pengawasan dalam hal pergaulan anak perlu lebih ditekankan
dibandingkan dengan pengawasan di rumah. Orang tua harus memilihkan kawan-kawan
bermainnya. Usahakan supaya kawan-kawannya itu hanyalah yang saleh-saleh.

Pada dasarnya, pengawasan adalah kewajiban ayah dan ibu. Mereka
berdua memiliki porsi tugas yang disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman
hidup. Karenanya, mereka berdua harus saling membantu. Akan tetapi, karena
biasanya ayah lebih sering berada di luar rumah, porsi tugas pengawasan seorang
ibu terhadap anaknya (baik anaknya itu laki-laki ataupun perempuan) terkadang
menjadi lebih besar.

Perilaku asusila termasuk di antara perilaku yang sangat berbahaya
yang mengakibatkan berbagai krisis sosial. Karena itu, Islam sangat memperhatikan
masalah ini secara khusus dengan mengajarkan cara-cara pencegahan dan terapi
seandainya perilaku itu sudah terbentuk. Di sinilah tanggung jawab dan peran
orang tua harus dijalankan dengan sungguh-sungguh karena pendidikan dalam
rangka menghasilkan kesucian jiwa dan kesalehan anak-anak adalah tugas
terpenting mereka

Pendidikan yang berkaitan dengan penjagaan kesucian ini dilakukan
dengan melakukan langkah-langkah pencegahan atas gejala asusila.
Langkah-langkah ini harus dimulai sejak si anak belum mencapai usia baligh..

6. Menciptakan
Hubungan dengan Teladan yang Baik

-anak akan punya kecenderungan yang sangat kuat untuk meniru apapun
yang ada pada diri kebanyakan orang terutama mereka yang menjadi lingkungan
baginya. Para psikolog menamai sebuah gejala kejiwaan dari seorang anak pada
usia ini yang selalu ingin meniru orang lain secara fisik dengan istilah
“peniruan”. Keinginan ini sangat cepat timbulnya dan akan cepat juga berhenti
ketika sumber peniruan itu tidak ada.

Para psikolog berpendapat bahwa pada dalam diri setiap manusia
terdapat kebutuhan untuk memiliki idola. Kebutuhan ini sangat signifikan. Dalam
pandangan para psikolog itu, kepribadian ideal yang menjadi idola bagi tiap
manusia itu akan sangat bermacam-macam dan bergantung kepada berbagai faktor,
seperti fisik, kejiwaan, dan sosial. Idola itu sangat mungkin kemudian akan
diejawantahkan dalam paradigma dan cita-cita hidupnya.

Oleh sebab itu, orang tua berkewajiban untuk mengarahkan pandangan,
pikiran, dan kecenderungan anak-anak ke arah pribadi-pribadi teladan sejak Nabi
Adam a.s. hingga orang-orang mulia zaman sekarang. Pada diri mereka terdapat
teladan-teladan yang secara historis memiliki konteks yang khas, tetapi
semuanya mengandung nilai kemuliaan, kebajikan, dan kepemimpinan dalam hidup.

Keteladanan yang suci tersebut memiliki pengaruh dan tempat yang
mulia di seluruh sudut kehidupan anak-anak. Dampak dari peneladanan itu akan
termanifestasikan dalam kepribadian, mental, logika, dan paradigma hidup
mereka. Pada gilirannya, hal ini akan mendorong si anak untuk mencapai posisi
tinggi sebagaimana yang telah dicapai oleh orang-orang saleh yang mereka
teladani.

Dari semua peranan yang diberikan orang tua terhadap anak jangan
sampai hal tersebut menjadikan anak menjalani kehidupan(pertumbuhan) dengan
terus tergantung kepada orang tua Bertambah besar anak-anak semakin
berkuranglah rasa ingin ketergantungannya terhadap orang tua.

Emansipasi terhadap orang tua tidak sama dengan menghindarkan diri
dari orang tua, bahkan mungkin lebih menghormati orang tuanya(6).Esensi dari
pada emansipasi adalah kebebasan, keinginan dan kemampuan mempertanggung
jawabkan fikirannya, perasaannya, pertimbangan-pertimbangan moralnya, dan
keputusa-keputusan praktis.

Orang tua juga sebagai sarana pengendali tingkah laku(pergaulan
anak). Apa bila tidak ada tindakan(perhtian) dari orang tua otomatis hal
tersebut akan berdampak pada sang anak.Dampak negatif akibat kurang
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan psikologis pada anak antara lain: Seorang anak
akan bersifat kurang terbuka, minder(rendah diri), penakut, putus asa dan
egois(mementingkan diri sendiri).(7)

3.   Materi,Metode dan Dasar Pendididkan Islam

Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar
manusia memiliki gambaran tentangIslam yang jelas, utuh dan
menyeluruh. Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah
merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya
di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari
buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami
Islam tidak ada istilah berhenti, semakin banyak ilmu yang kita peroleh maka
kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan
kenikmatan berilmu.(8)

Berikut adalah lingkup mengenai pembahasan
pendidikan islam:

1.      .Materi
Pendidikan Islam

Dalam mempersiapkan generasi yang bertakwa dan
berakhlak mulia, yang dapat menjalin hubungan dengan Allah SWT, sesame manusia
maupun terhadap sesame makhluk, maka pokok-pokok materi yang diberikan disini
adalah yang bersumberdari ajaran islam, yaitu akidah, ibadah dan akhlak.

a.       Pendidikan Akhlak (Keimanan)

Materi pendidikan akhidah disebut juga ilmu tauhid………………………

2.      .Metode
Pendidikan Islam

Metode Dialog Qurani dan Nabawi

Metode dialog
adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah pembiacaaan antara dua orang atau
lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik pembicaraan
tertentu. Metode dialog berusaha menghubungakn pemikiran seseorang dengan orang
lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan
orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Dialog akan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka
pahami.

Metode kisah Qurani dan Nabawi

Metode
mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berfikir,
merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam
kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi
peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan berusaha
meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.

Cerita
mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua unsure tersebut akan
memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter dari para orang tua dan
pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/ kisah berperan dalam
pembentukan akhlak, moral dan akal anak. Dari kutipan
tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat menjadi metode yang
baik dalam rangka membentuk akhlak dan kepribadian anak.

Cerita
mempunyai kekuatan dan daya tarik tersendiri dalam menarik simpati anak,
perasaannya aktif, hal ini memberi gambaran bahwa cerita disenangi orang,
cerita dalam al-Quran bukan hanya sekedar memberi hiburan, tetapi untuk
direnungi, karena cerita dalam al-Quran memberi pengajaran kepada manusia.
Dapat dipahami bahwa cerita dapat melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita
tidak hanya sekedar menghibur tetapi dapat juga menjadi nasehat, memberi
pengaruh terhadap akhlak dan perilaku anak, dan terakhir kisah/ cerita
merupakan sarana ampuh dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan akhlak
anak.

 Metode Mauizah

Dalam
tafsir al-Manar
sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat mempunyai
beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan
mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat
akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat yang dapat
menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan melalui kematian
peringatan melalui sakit peringatan melalui hari perhitungan amal. Kemudian
dampak yang diharapkan dari metode mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan
ketuhanan dalam jiwa anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa
berpegang kepada pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah beriman,
terpenting adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.memberi
nasehat hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya maka bantahlah
dengan baik. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur
terpaksa. Metode mendidik akhlak anak melalui nasehat sangat membantu terutama
dalam penyampaian materi akhlak mulia kepada anak, sebab tidak semua anak
mengetahui dan mendapatkan konsep akhlak yang benar.

Metode Pembiasaan dengan Akhlak Terpuji

manusia
mempunyai kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan
yang baik atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode
pembiasaan dalam membentuk akhlak mujlai sangat terbuka luas, dan merupakan
metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini /sejak kecil akan
memebawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadisemacam adapt kebiasaan
sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya.

Pembiasaan
yang dilakukan sejak diniakan berdampak besar terhadap kepribadian /akhlak anak
ketiak mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil
akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah
dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka
mendidik akhlak anak.

Metode Keteladanan

pendidik
itu besr dimata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya,
karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya. Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa
keteladanan mempunyai arti pentng dalam mendidik akhlak anak, keteladanan
menjad titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau
pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak baik,
karena murid meniru gurunya, senbaliknya kalauguru berakhlak buruk ada
kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.

Dengan
demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan akhlak, keteladanan akan
menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anakKeteladanan sempurna, adalah
keteladanan Muhammad Saw menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama,
dilain pihak pendidik hendaknya berusaha meneladani Muhammad Saw sebagai
teladannya, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figure yang dapat
dijadikan panutan.

Metode Targhib dan Tarhib

Targhib adalah janji yang disertai bujukan
dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Sedangkan tarhib
adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman. Dari
kutipan di atas dapat dipahami bahwa metode pendidikan akhlak dapat berupa
janji/pahala/hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi Muhammad
Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif dalam
mendidik akhlak terpuji.
Anak berakhlak
baik, atau melakukan kesalehan akan mendapatkan pahala/ganjaran atau semacam
hadian dari gurunya, sedangkan siswa melanggar peraturan berakhlak jelek akan
mendapatkan hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam
al-Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala, mendapatkan
kehidupan yang baik.” Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”

Berdasarkan
ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan yaitu metode pemberian
hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak mulai, dengan adanya hadian akan
memberi motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya
yang melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya
dengan harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah
diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.

Sanksi
dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan terlalu lunak akan
membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi
tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran,
kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti
tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya
dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya
saja dengan tujuan mendidik.

3.      Dasar-dasar
Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
di sengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha
membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua kegiatan didalamya.

Dasar Pendidikan Agama Islam secara
garis besar ada tiga yaitu: Al-qur`an dan As-sunnah(9).

Al-qur`an

Secara lengkap Al-qur`an didefenisikan
sebagai firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn
Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan
maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah,
dan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka,
serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Dan
Ia terhimpun dalam sebuah mushaf, diawali dengan surat Al- fatihah dan diakhiri
dengan surat al-naas, disampikan kepada kita secara mutawatir baik secara lisan
maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai
perubahan atau pergantian

Al-Qur`an merupakan landasan paling
dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman
Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1
sampai ayat 5, yang artinya sebagai berikut :


Bacalah dengan  (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.  Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.  Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.”

Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah
di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini
akan adanya Tuhan Pencipta manusia  (dari segumpal  darah), 
selanjutnya untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur
hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

1.    As-sunnah.

As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu
yang didapatkan dari Nabi Muhammad SAW. yang terdiri dari ucapan,
perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa
sebelum kenabian ataupun sesudahnya.

    

Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya
sudah dapat dimengerti oleh umat muslim. Namun yang terpenting dibalik hadist
ini adalah, memformulasikan sistem, metode, atau cara yang harus ditempuh oleh
para penanggung jawab pendidikan dalam meneruskan misi risalah, yaitu
menyempurnakan keutamaan akhlak. Dan banyak lagi hadist yang memiliki konotasi
pedagogis, baik mengenai metode, materi, orientasi, dan lain sebagainya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Pendidikan akhlak
sesuai islam adalah pendidikan akhlak yang berasaskan ajaran atau tuntunan
agama islam dalam usaha membina atau membentuk pribadi-pribadi muslim yang
bertaqwa kepada Allah.
Metode pendidikan Islam sangat efektif dalam
membina akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan Islam
memberikan motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu menerima petunjuk
Allah. Islam mempunyai metode tepat untuk membentuk anak didik
berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. dengan metode tersebut memungkinkan
umat Islam/masyarakat Islam mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan.

Orang tua
sangat berperan dalam mendidik akhlak anaknya. karena di dalam keluargalah
pertama kali anak mendapatkan pendidikan. Orang tua adalah pengontrol utama
perilaku anak agar tetap pada aturan yang ada.Berikut beberapa bentuk tindakan
yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya: pendidikan ekstra ketat,
dorongan untuk belajar, melatih anak untuk patuh, pengawasan anak, pencegahan
atas perilaku asusil, menciptakan hubungan dengan teladan yang baik.

Pendidikan
islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau tuntunan agama islam dalam
usaha membina atau membentuk pribadi-pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah,
memberi  kemaslahatan bagi diri dan bagi
masyarakat pada umumnya. Adapun materi pokok dalam pendidikan islam antara
lain; pendidikan akhidah(keimanan), pendidikan ibadah, pendidikan akhlak.Dan metode Pendidikan Islam Antara lain; metode dialog
qurani dan nabawi,metode kisah qurani dan nabawi,metode mauizah,metode
pembiasaan dengan akhlak terpuji,metode keteladanan
,metode targhib dan tarhib.(10
) dasar
pendidikan agama islam secara garis besar ada tiga yaitu: al-qur`an, as-sunnah..

Saran

Sekian
makalah ini ditulis. Semoga para pembaca bisa mengambil manfaat dari apa yang
dibahas dalam makalah ini. Khususnya  bagi para orang tua diharap benar-benar mampu
mendidik anaknya agar menjadi anak yang pandai tidak hanya dalam ilmu dunia
tetapi juga agama,menjalani kehidupan sesuai syariah agama(islam).

Dalam makalah yang sedikit ini tentunya banyak kekurangan
yang ada untuk memahami tentang peranan orang tua dalam mendidik akhlak anak,
untuk itu bagi para penikmat makalah ini untuk lebih memperkaya pemahaman
dengan membaca referensi-referensi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Munardji, Drs.
H.. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bina Ilmu.

Erhamwilda.
2009. Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Samsul Munir
Amin, Drs. M. A.2007. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami. Jakarta:
Amzah.

Hamalik,
Oemar.2001. Psikologi Remaja. Bandung: Maju Mundur.             

Maunah, Binti.
Dr.M. Pd. I. Hj.2009. Landasan Pendidikan.Yogjakarta: Teras.

Munib.1985. Memahami
Kata dan Istilah Agama
. Surabaya: Darussagaff

MAKALAH LANDASAN AGAMA DALAM PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)