LANDASAN TEOLOGIS DAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LANDASAN TEOLOGIS DAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur
Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
Pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) SMT III
Pendidikan Agama Islam (PAI) SMT III

1.
Fiqri Wahid R (1414113130)
Fiqri Wahid R (1414113130)
2.
Syifa
Isfandiari (1414113159)
Syifa
Isfandiari (1414113159)
3.
Widia Yulianingsih (1414113162)
Widia Yulianingsih (1414113162)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang telah memberikan kami kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan segala
pertolongan-Nya penyusun dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW
kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umat-umatnya.
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan segala
pertolongan-Nya penyusun dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW
kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umat-umatnya.
Makalah ini memuat tentang “Landasan Teologis dan Filosofis
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”
yang diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang landasan teologis dan filosofis pengembangan kurikulum PAI.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam”
yang diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang landasan teologis dan filosofis pengembangan kurikulum PAI.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. H. Nawawi, M.Pdselaku
dosen mata kuliah Fiqih Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun
makalah ini dengan baik.
dosen mata kuliah Fiqih Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun
makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
lebih luas kepada para pembaca khususnya dalam pembahasan landasan teologis dan filosofis pengembangan kurikulum
PAI. Penyusun sadar, bahwa makalah yang kami buat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun.
lebih luas kepada para pembaca khususnya dalam pembahasan landasan teologis dan filosofis pengembangan kurikulum
PAI. Penyusun sadar, bahwa makalah yang kami buat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun.
Penyusun
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………. i
PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………….. ii
ISI ……………………………………………………………………….. ii
A. LatarBelakang……………………………………………………………… 1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………… 1
Masalah………………………………………………………… 1
C. Tujuan………………………………………………………………………… 2
A. Pengertian
Kurikulum dan Landasan……………………………… 3
Kurikulum dan Landasan……………………………… 3
B. Pengembangan Kurikulum PAI……………………………………… 8
C.
Landasan
Teologis Pengembangan Kurikulum PAI………….. 9
Landasan
Teologis Pengembangan Kurikulum PAI………….. 9
D.
Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI………….. 10
Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI………….. 10
A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 13
B. Saran …………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 15
Pendidikan Agama
Islam merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh pendidikan. Tanpa adanya Pendidikan Agama Islam proses pembelajaran
tidak akan berhasil dengan baik, karena dalam pendidikan agama islam mencetak
peserta didik berakhlakul karimah dan mentaati segala peraturan perundang
undangan di indonesia. Mengingat saat ini banyak dari siswa dan mahasiswa yang
bertawuran dan melanggar etika dan juga undang undang Negara, bahkan pelecehan
sekssualpun banyak di lakukan oleh remaja yang tak lain semua itu terdiri dari
pelajar dan mahasiswa maka dianggap penting adanya pendidikan agama islam masuk
sebagai kurikulum dalam pendidikan, khususnya kurikulum PAI di Sekolah, maka
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum tersebut sama-sama membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal
dalam pendidikan.
Islam merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh pendidikan. Tanpa adanya Pendidikan Agama Islam proses pembelajaran
tidak akan berhasil dengan baik, karena dalam pendidikan agama islam mencetak
peserta didik berakhlakul karimah dan mentaati segala peraturan perundang
undangan di indonesia. Mengingat saat ini banyak dari siswa dan mahasiswa yang
bertawuran dan melanggar etika dan juga undang undang Negara, bahkan pelecehan
sekssualpun banyak di lakukan oleh remaja yang tak lain semua itu terdiri dari
pelajar dan mahasiswa maka dianggap penting adanya pendidikan agama islam masuk
sebagai kurikulum dalam pendidikan, khususnya kurikulum PAI di Sekolah, maka
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum tersebut sama-sama membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal
dalam pendidikan.
Agar tujuan dari
suatu kurikulum PAI di sekolah dapat benar-benar tercapai, maka perlu adanya
suatu pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada landasan-landasan serta
prinsip-prinsip yang berlaku.Hal ini mengingat bahwa suatu kurikulum tersebut
diharapkan dapat memberikan landasan dan menjadi pedoman bagi pengembangan
kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan
perkembangan masyarakat serta dapat menjadi siswa yang beriman dan bertakwa.
suatu kurikulum PAI di sekolah dapat benar-benar tercapai, maka perlu adanya
suatu pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada landasan-landasan serta
prinsip-prinsip yang berlaku.Hal ini mengingat bahwa suatu kurikulum tersebut
diharapkan dapat memberikan landasan dan menjadi pedoman bagi pengembangan
kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan
perkembangan masyarakat serta dapat menjadi siswa yang beriman dan bertakwa.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian
kurikulum dan landasan?
kurikulum dan landasan?
2. Bagaimana
pengembangan kurikulum PAI?
pengembangan kurikulum PAI?
3. Bagaimana
landasan teologis pengembangan kurikulum PAI?
landasan teologis pengembangan kurikulum PAI?
4. Bagaimana
landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI?
landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI?
1. Mengetahui
pengertian kurikulum dan landasan
pengertian kurikulum dan landasan
2. Mengetahui
pengembangan kurikulum PAI
pengembangan kurikulum PAI
3. Mengetahui
landasan teologis pengembangan kurikulum PAI
landasan teologis pengembangan kurikulum PAI
4. Mengetahui
landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI
landasan fisiologis pengembangan kurikulum PAI
A.
Pengertian Kurikulum dan Landasan
Pengertian Kurikulum dan Landasan
Kata “kurikulum” berasal
dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga.Yaitu currere
yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan
berlari mulai dari start hingga finish.Pengertian ini kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan.Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum”
diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang
dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.Dalam konteks pendidikan,
kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai.
dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga.Yaitu currere
yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan
berlari mulai dari start hingga finish.Pengertian ini kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan.Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum”
diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang
dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.Dalam konteks pendidikan,
kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai.
Pada
mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani
kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu atau
tempat berlomba. Jadi kurikulum disini berarti suatu jarak untuk perlombaan
yang harus ditempuh oleh para pelari.Perkembangan selanjutnya kurikulum dipakai
dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani
kuno, yang berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu atau
tempat berlomba. Jadi kurikulum disini berarti suatu jarak untuk perlombaan
yang harus ditempuh oleh para pelari.Perkembangan selanjutnya kurikulum dipakai
dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
Pengertian
kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi
dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada
yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih
menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi
dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada
yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih
menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
Pengertian
lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah,
dalam arti sejumlah mata pelajaran atau mata kulih di sekolah atau perguruan
tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga
keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan (Nasution,
1982).Demikian definisi yang tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989.
Definisi kurikulum yang tercantum dalam UU Sikdinas Nomor 20/2003 dikembangkan
ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, ada tiga komponen
yang bermuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara
pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.
lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah,
dalam arti sejumlah mata pelajaran atau mata kulih di sekolah atau perguruan
tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga
keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan (Nasution,
1982).Demikian definisi yang tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989.
Definisi kurikulum yang tercantum dalam UU Sikdinas Nomor 20/2003 dikembangkan
ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, ada tiga komponen
yang bermuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara
pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.
Definisi
yang dikemukakan oleh Kamil dan Sarhan menekankan pada sejumlah pengalaman
pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh sekolah
bagi para peserta didiknya di dalam luar sekolah, dengan maksud mendorong
mereka untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Definisi yang senada
yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander, bahwa kurikulum adalah segala usaha
sekolah atau perguruan tinggi yang bisa menghasilkan atau menimbulkan
hasil-hasil belajar yang dikehendaki, apakah di dalam situasi-situasi sekolah
ataupun di luar sekolah atau perguruan tinggi.Demikian Olivia yang
mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua
pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah pengarahan sekolah atau
perguruan tinggi. Menurut R. Ibrahim (2005), kurikulum
dikelompokkan dalam 3 dimensi, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Selain itu, Nana Syaodih
Sukmadinata (2005), mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari 3 dimensi,
yaitu kurikulu sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebaga
rencana. Sementara Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat
sekarang istilah kurikulum memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
yang dikemukakan oleh Kamil dan Sarhan menekankan pada sejumlah pengalaman
pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh sekolah
bagi para peserta didiknya di dalam luar sekolah, dengan maksud mendorong
mereka untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Definisi yang senada
yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander, bahwa kurikulum adalah segala usaha
sekolah atau perguruan tinggi yang bisa menghasilkan atau menimbulkan
hasil-hasil belajar yang dikehendaki, apakah di dalam situasi-situasi sekolah
ataupun di luar sekolah atau perguruan tinggi.Demikian Olivia yang
mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua
pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah pengarahan sekolah atau
perguruan tinggi. Menurut R. Ibrahim (2005), kurikulum
dikelompokkan dalam 3 dimensi, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Selain itu, Nana Syaodih
Sukmadinata (2005), mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari 3 dimensi,
yaitu kurikulu sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebaga
rencana. Sementara Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat
sekarang istilah kurikulum memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide atau gagasan
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan atau relita atau
Implementasi kurikulum.
Implementasi kurikulum.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan
konskekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
konskekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Selanjutnya, bila merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka
dengan mudah dapat mengungkapkan keempat dimens kurikulum tersebut dikaitkan
dengan pengertian kurikulum.
dengan mudah dapat mengungkapkan keempat dimens kurikulum tersebut dikaitkan
dengan pengertian kurikulum.
1. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi
ide.
ide.
Pengertian kurikulum sebagai diensi
yang berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu
adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum
selanjutnya.
yang berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu
adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum
selanjutnya.
2. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi
rencana.
rencana.
Makna dari dimensi kurikulum ini
adalah sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggarakan
kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.
adalah sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggarakan
kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3.
Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas.
Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas.
Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktivitas
memandang kurikulum merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah.
memandang kurikulum merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah.
4.
Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil.
Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil.
Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil
memandang kurikulum itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa
agar sesuai dengan yang telah direncanakan dan yang telah menjadi tujuan dari
kurikulum tersebut.
memandang kurikulum itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa
agar sesuai dengan yang telah direncanakan dan yang telah menjadi tujuan dari
kurikulum tersebut.
Pengertian
kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek
pendidikan.Dalam pandangan lama kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran
yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.Kurikulum adalah
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek
pendidikan.Dalam pandangan lama kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran
yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.Kurikulum adalah
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Ahmad
Tafsir mengemukakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya
sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah.
Tafsir mengemukakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya
sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah.
Menurut
Haryonto (2011:218) kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh
lembaga pendidikan dan yang disajikan untuk mencapai tujuan pendidikan.Menurut
pengertian ini, segala pengalaman yang dialami peserta didik adalah kurikulum.
Sebab, kurikulum tidak terbatas hanya pada pengalaman, ruang, dan tempat
tertentu,tetapi pada setiap pelajaran yang berlangsung.
Haryonto (2011:218) kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh
lembaga pendidikan dan yang disajikan untuk mencapai tujuan pendidikan.Menurut
pengertian ini, segala pengalaman yang dialami peserta didik adalah kurikulum.
Sebab, kurikulum tidak terbatas hanya pada pengalaman, ruang, dan tempat
tertentu,tetapi pada setiap pelajaran yang berlangsung.
Dalam
batasan mikro, kurikulum hanya dipahami sebagai mata pelajaran yang
diselenggarakan dikelas (sekolah) memiliki konsekuensi pemahaman, yang mana
diluar itu tidak termasuk kurikulum sehingga cenderung mengabaikan
pengalaman-pengalaman edukatif diluar kelas.
Padahal jika merujuk pada pengertian kurikulum sebagai tatanan ideal dan
seprangkat cita-cita agar si terdidik dapat bertindak sikap dan prilaku educated,maka
kurikulum dalam arti set of subject mattter, hanyalah merupakan salah
satu bagian kecil dari kurikulum.
batasan mikro, kurikulum hanya dipahami sebagai mata pelajaran yang
diselenggarakan dikelas (sekolah) memiliki konsekuensi pemahaman, yang mana
diluar itu tidak termasuk kurikulum sehingga cenderung mengabaikan
pengalaman-pengalaman edukatif diluar kelas.
Padahal jika merujuk pada pengertian kurikulum sebagai tatanan ideal dan
seprangkat cita-cita agar si terdidik dapat bertindak sikap dan prilaku educated,maka
kurikulum dalam arti set of subject mattter, hanyalah merupakan salah
satu bagian kecil dari kurikulum.
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang
dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini jauh
lebih luas karena mencakup seluruh kegiatan
intern dan ekstren siswa, baik yang berhubungan langsung dengan mata
pelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dalam menyusun program kurikulum berarti
harus sudah mengindetifikasikan kegiatan-kegiatan apa saja yang diperlu dimuat
dalam frame pendidikan siswa termasuk interaksi antara anak didik dan
pendidik, sesama anak didik, dan antar sekolah dengan masyarakat sekitarnya.
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang
dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini jauh
lebih luas karena mencakup seluruh kegiatan
intern dan ekstren siswa, baik yang berhubungan langsung dengan mata
pelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dalam menyusun program kurikulum berarti
harus sudah mengindetifikasikan kegiatan-kegiatan apa saja yang diperlu dimuat
dalam frame pendidikan siswa termasuk interaksi antara anak didik dan
pendidik, sesama anak didik, dan antar sekolah dengan masyarakat sekitarnya.
Adapun pengertian
landasan Menurut Hornby c. s.
dalam “The anvance leaner’s dictionari of current English” mengemukakan
definisi landasan sebagai berikut :“faoundation …. that on which an idea or belief rest an underlying principle’s as
the foundations of religious belief the basis or starting point…”. Jadi
menurut Hornby, landasan adalah
suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang
mendasari sesuatu.Contohnya dalam agama Islam yang menjadi landasan
utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT adalah al-qur’an
dan sunnah. Jadi, landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan atau
prinsip yang bersumber dari kepercayaan dan menjadi sandaran atau pijakan untuk
pengembangan kurikulum yang dinamis.
landasan Menurut Hornby c. s.
dalam “The anvance leaner’s dictionari of current English” mengemukakan
definisi landasan sebagai berikut :“faoundation …. that on which an idea or belief rest an underlying principle’s as
the foundations of religious belief the basis or starting point…”. Jadi
menurut Hornby, landasan adalah
suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang
mendasari sesuatu.Contohnya dalam agama Islam yang menjadi landasan
utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT adalah al-qur’an
dan sunnah. Jadi, landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan atau
prinsip yang bersumber dari kepercayaan dan menjadi sandaran atau pijakan untuk
pengembangan kurikulum yang dinamis.
Landasan
pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan, sehingga
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah yang
tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh.
Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan
yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik
itu sendiri.
pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan, sehingga
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah yang
tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh.
Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan
yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik
itu sendiri.
Ada beberapa landasan utama dalam
pengembangan suatu kurikulum diantaranya RobertS. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy
and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning
theory. Sedangkan S. Nasution
berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum” yaitu asas
filosofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas
sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, asas organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam
bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya dan
asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak
dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat
dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
pengembangan suatu kurikulum diantaranya RobertS. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy
and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning
theory. Sedangkan S. Nasution
berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum” yaitu asas
filosofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas
sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, asas organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam
bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya dan
asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak
dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat
dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
B. Pengembangan Kurikulum PAI
Dari
beberapa definisi tentang kurikulum tersebut,maka dapat dipahami bahwa
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai:
beberapa definisi tentang kurikulum tersebut,maka dapat dipahami bahwa
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai:
1.
Kegiatan
menghasilkan kurikulum PAI.
Kegiatan
menghasilkan kurikulum PAI.
2.
Proses
yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum
PAI yang lebih baik.
Proses
yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum
PAI yang lebih baik.
3.
Kegiatan
penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Kegiatan
penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Dalam
realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut ternyata mengalami
perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu pradigma
sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati
dari fenomena berikut:
realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut ternyata mengalami
perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu pradigma
sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati
dari fenomena berikut:
1.
Perubahan
dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-ajaran
agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari Timur
Tengah, kepada pemaham tujuan, makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai
tujuan pembelajaran PAI.
Perubahan
dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-ajaran
agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari Timur
Tengah, kepada pemaham tujuan, makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai
tujuan pembelajaran PAI.
2.
Perubahan
dari cara berpikir tekstual, normatif, absolutis, kepada cara berpikir
historis, empiris, dan konstektual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran
dan nilai-nilai agama Islam.
Perubahan
dari cara berpikir tekstual, normatif, absolutis, kepada cara berpikir
historis, empiris, dan konstektual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran
dan nilai-nilai agama Islam.
3.
Perubahan
dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para
pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk
tersebut.
Perubahan
dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para
pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk
tersebut.
4.
Perubahan
dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada para pakar
dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI
ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik,
masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya.
Perubahan
dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada para pakar
dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI
ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik,
masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya.
C.
Landasan
Teologis Pengembangan Kurikulum PAI
Landasan
Teologis Pengembangan Kurikulum PAI
Hadis Nabi SAW merupakan sumber kedua ajaran Islam
sesudah kitab suci al-Qur’an. Semua ayat al-Qur’an diterima oleh para sahabat
dari Rasulullah SAW secara mutawatir, ditulis dan dikumpulkan sejak zaman Nabi
SAW masih hidup baik fi as-suthur (dalam tulisan) maupun fi ash-shudur (melalui
hafalan), serta dibukukan secara resmi sejak zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
(W.13H), karena itu al-Qur’an bersifat Qath’i al-subut.
sesudah kitab suci al-Qur’an. Semua ayat al-Qur’an diterima oleh para sahabat
dari Rasulullah SAW secara mutawatir, ditulis dan dikumpulkan sejak zaman Nabi
SAW masih hidup baik fi as-suthur (dalam tulisan) maupun fi ash-shudur (melalui
hafalan), serta dibukukan secara resmi sejak zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
(W.13H), karena itu al-Qur’an bersifat Qath’i al-subut.
Sedangkan Hadis Nabi SAW sebagian besarnya tidak
diriwayatkan secara mutawatir.Pembukuannya secara resmi baru dilakukan pada
zaman Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz al-Umawiy (99/717-101/720), oleh karena
itu Hadis bersifat dhann al-wurud.Tentunya untuk mengetahui orisinalitas dan
kualitas sebuah Hadis, membutuhkan ilmu Hadis, baik ilmu Hadis Riwayah maupun
Ilmu Hadis Dirayah.
diriwayatkan secara mutawatir.Pembukuannya secara resmi baru dilakukan pada
zaman Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz al-Umawiy (99/717-101/720), oleh karena
itu Hadis bersifat dhann al-wurud.Tentunya untuk mengetahui orisinalitas dan
kualitas sebuah Hadis, membutuhkan ilmu Hadis, baik ilmu Hadis Riwayah maupun
Ilmu Hadis Dirayah.
Hadis sebagai sumber ajaran Islam yang kedua
setelah al-Qur’an, merupakan sarana fungsionalis untuk menggali konsep
kurikulum pendidikan Islam.Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan pada
semua jenjang tingkat pendidikan.Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integral dan komprehensif
serta menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunannya.
setelah al-Qur’an, merupakan sarana fungsionalis untuk menggali konsep
kurikulum pendidikan Islam.Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan pada
semua jenjang tingkat pendidikan.Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integral dan komprehensif
serta menjadikan al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunannya.
Dalam mengembangkan
kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga berlandaskan pada
Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Di Indonesia
menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing individu.Dalam kehidupan,
dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga berlandaskan pada
Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Di Indonesia
menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing individu.Dalam kehidupan,
dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
D.
Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI
Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum PAI
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Di dalam interaksi tersebut
terlibat isi yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut
berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta
didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut,
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yag mendasar, yang
esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Di dalam interaksi tersebut
terlibat isi yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut
berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta
didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut,
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yag mendasar, yang
esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan” (love
of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti
dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan mendalam.
Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal,
atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar).Filsafat
mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada ini
sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia
di dalamnya.Sering dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan
bahwa filsafat merupakan ibu dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah
yang menentukan tujuan umum pendidikan.
of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti
dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan mendalam.
Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal,
atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar).Filsafat
mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada ini
sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia
di dalamnya.Sering dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan
bahwa filsafat merupakan ibu dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah
yang menentukan tujuan umum pendidikan.
Berdasarkan luas lingkup yng menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi
dalam dua cabang besar, yaitu filsafat umum atau filsafat murni dan filsafat
khusus atau terapan, sedangkan filsafat umum juga terbagi menjadi tiga bagian
lagi yaitu :
dalam dua cabang besar, yaitu filsafat umum atau filsafat murni dan filsafat
khusus atau terapan, sedangkan filsafat umum juga terbagi menjadi tiga bagian
lagi yaitu :
1.
Metafisika,
membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi metafisika umum atau
ontology, dan metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta),
teologi (hakikat ketuhanan) dan antropologi filsafat (hakikat manusia).
Metafisika,
membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi metafisika umum atau
ontology, dan metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta),
teologi (hakikat ketuhanan) dan antropologi filsafat (hakikat manusia).
2.
Epistemologi
dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari
pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan) dan hakikat
penalaran (deduktif dan induktif).
Epistemologi
dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari
pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan) dan hakikat
penalaran (deduktif dan induktif).
3.
Aksiologi,
membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan
estetika (hakikat keindahan).
Aksiologi,
membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan
estetika (hakikat keindahan).
Dalam aspek
filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis
antara lain secara epistimologis dan aksilogis.
filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis
antara lain secara epistimologis dan aksilogis.
Pendidikan Agama
Islam pada taran filosofis adalah kajian filosofis terhadap hakekat pendidikan
agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu filsafat pendidikan Islam, yang
dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh serta
universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau
konsepsi sebagai suatu sistem.
Islam pada taran filosofis adalah kajian filosofis terhadap hakekat pendidikan
agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu filsafat pendidikan Islam, yang
dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh serta
universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau
konsepsi sebagai suatu sistem.
Pendidikan Agama
Islam pada tataran epistimologis ialah kajian ilmiah terhadap konsep dan teori
Pendidikan Islam yang dibahas dalam bidang ilmu pendidikan Islam yang
membahas tentang seluk-beluk pendidikan Islam
Islam pada tataran epistimologis ialah kajian ilmiah terhadap konsep dan teori
Pendidikan Islam yang dibahas dalam bidang ilmu pendidikan Islam yang
membahas tentang seluk-beluk pendidikan Islam
Pendidikan Agama
Islam pada tataran aksiologis sebagaimana Muhaimin mengutip dari Tafsir (2004),
ialah pendidikan agama Islam (PAI) yang dibakukan sebagai nama kegiatan
mendidik agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama
Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam, bukan pendidikan agama Islam.
Namun kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikan agama Islam disebut sebagai
PAI. Karena “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran.
Karena pada tataran aksiologis, realitas keberadaan pendidikan agama Islam di
sekolah umum di Indonesia dilaksanakan di bawah kontrol kebijakan politik
pemerintah, maka tujuan pendidikan agama Islam dirancang oleh pemerintah
untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan sosio-politik dan dinamika perkembangan budaya dan
keberagamaan masyarakat Indonesia.
Islam pada tataran aksiologis sebagaimana Muhaimin mengutip dari Tafsir (2004),
ialah pendidikan agama Islam (PAI) yang dibakukan sebagai nama kegiatan
mendidik agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama
Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam, bukan pendidikan agama Islam.
Namun kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikan agama Islam disebut sebagai
PAI. Karena “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran.
Karena pada tataran aksiologis, realitas keberadaan pendidikan agama Islam di
sekolah umum di Indonesia dilaksanakan di bawah kontrol kebijakan politik
pemerintah, maka tujuan pendidikan agama Islam dirancang oleh pemerintah
untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang disesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan sosio-politik dan dinamika perkembangan budaya dan
keberagamaan masyarakat Indonesia.
1.
Kurikulum
adalah semua kegiatan yang dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pengertian ini jauh lebih luas karena mencakup seluruh
kegiatan intern dan ekstren siswa, baik
yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran maupun kegiatan-kegiatan
lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Adapun pengertian landasan Menurut Hornby
c. s. dalam “The anvance leaner’s dictionari of current English” mengemukakan
definisi landasan sebagai berikut :“faoundation …. that on which an idea or belief rest an underlying principle’s as
the foundations of religious belief the basis or starting point…”. Jadi menurut Hornby,
landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu
prinsip yang mendasari sesuatu.
Kurikulum
adalah semua kegiatan yang dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pengertian ini jauh lebih luas karena mencakup seluruh
kegiatan intern dan ekstren siswa, baik
yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran maupun kegiatan-kegiatan
lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Adapun pengertian landasan Menurut Hornby
c. s. dalam “The anvance leaner’s dictionari of current English” mengemukakan
definisi landasan sebagai berikut :“faoundation …. that on which an idea or belief rest an underlying principle’s as
the foundations of religious belief the basis or starting point…”. Jadi menurut Hornby,
landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu
prinsip yang mendasari sesuatu.
2.
Pengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai:
Pengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai:
4.
Kegiatan
menghasilkan kurikulum PAI.
Kegiatan
menghasilkan kurikulum PAI.
5.
Proses
yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum
PAI yang lebih baik.
Proses
yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum
PAI yang lebih baik.
6.
Kegiatan
penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Kegiatan
penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.
3.
Dalam mengembangkan
kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga berlandaskan pada
Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Dalam kehidupan,
dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
Dalam mengembangkan
kurikulum selain berlandaskan pada al-Qurán dan Hadits juga berlandaskan pada
Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Dalam kehidupan,
dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
4.
Dalam aspek
filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis
antara lain secara epistimologis dan aksilogis.Pendidikan
Agama Islam pada taran filosofis adalah kajian filosofis terhadap hakekat
pendidikan agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu filsafat pendidikan
Islam, yang dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis,
menyeluruh serta universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk
pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem.
Dalam aspek
filosofis pendidikan agama Islam telah memberikan landasan filosofis
antara lain secara epistimologis dan aksilogis.Pendidikan
Agama Islam pada taran filosofis adalah kajian filosofis terhadap hakekat
pendidikan agama Islam yang dibahas dalam bidang ilmu filsafat pendidikan
Islam, yang dibahas secara mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis,
menyeluruh serta universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk
pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem.
1.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang pengertian
kurikulum dan landasan penyusun menyarankan agar pembaca mencari lebih lanjut
rijukan yang dipakai oleh penyusun.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang pengertian
kurikulum dan landasan penyusun menyarankan agar pembaca mencari lebih lanjut
rijukan yang dipakai oleh penyusun.
2.
Untuk meningkatkan pengembangan kurikulum PAI,
penyusun menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui teorinya saja tetapi
pembaca disarankan agar mengimplementasikannya ke dalam kegiatan belajar
mengajar.
Untuk meningkatkan pengembangan kurikulum PAI,
penyusun menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui teorinya saja tetapi
pembaca disarankan agar mengimplementasikannya ke dalam kegiatan belajar
mengajar.
3.
Untuk menambah wawasan pemahaman landasan teologis
pengembangan kurikulum PAI, penyusun menyarankan agar pembaca memperdalam
tujuan pendidikan dalam kehidupan beragama yang berlandaskan pada Qur’an dan
Hadits.
Untuk menambah wawasan pemahaman landasan teologis
pengembangan kurikulum PAI, penyusun menyarankan agar pembaca memperdalam
tujuan pendidikan dalam kehidupan beragama yang berlandaskan pada Qur’an dan
Hadits.
4.
Utnuk menambah wawasan pemahaman tentang landasan
filosofis pengembangan kurikulum PAI, penyusun menyarankan agar pembaca
memperdalam tujuan pendidikan agama Islam secara epistemologis dan aksiologis
serta mengimplementasikannya.
Utnuk menambah wawasan pemahaman tentang landasan
filosofis pengembangan kurikulum PAI, penyusun menyarankan agar pembaca
memperdalam tujuan pendidikan agama Islam secara epistemologis dan aksiologis
serta mengimplementasikannya.
Abdurrahmansyah.2009.Teori
Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi.Palembang:
Grafindo Press.
Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi.Palembang:
Grafindo Press.
Al-Fandi,Haryanto.2011.Desain
Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.Jogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.Jogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Arifin, Zainal. 2013.Konsep
Model Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Model Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin.2012.Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali
Pers.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali
Pers.
Rusmaini. 2011.Ilmu
Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Tafsir,
Ahmad. 2002.Metodologi Pengajaran Agama Islam.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ahmad. 2002.Metodologi Pengajaran Agama Islam.Bandung:
Remaja Rosdakarya.