in

Kisah Cerita Islami: Kisah Inspiratif Islami

Malam
itu seorang ibu menunggu suaminya pulang dari kerja. Ibu itu cemas
karena sampai jam setengah sepuluh malam suaminya belum juga pulang.
Cemasnya bertambah ketika dentang jam dinding menunjukkan pukul sepuluh.
Lambat laun kecemasannya berkurang tatkala ia mendengar suara langkah
kaki mendekat kearah pintu. Disibakkan segera gorden yang menutupi kaca
besar disamping pintu. Tak sabar ingin
melihat suaminya pulang. Ternyata benar, suara langkah kaki itu milik
suaminya. Dibukanya pintu untuk segera menyambut kepulangan suaminya…

Sesampainya di dalam rumah, suaminya mempersilahkan istrinya duduk
seraya ia berkata, “Maafkan saya istriku, saya membuatmu cemas. Tadi
saya harus menambah penghasilan kita untuk bersalinmu nanti. Sepulang
kerja saya gunakan motor kita untuk menarik ojek di dekat kantor.
Lumayan bisa nambah-nambah.” Sambil mengelus-elus perutnya yang buncit
menjawab,”Saya khawatir terjadi apa-apa. Sudah jam sepuluh cuma kamu
belum pulang juga. Kalau saya tiba-tiba mau melahirkan bagaimana?”
Dengan penuh bijak suaminya menenangkan istrinya,”Makanya kita harus
berdoa terus kepada Allah agar anak kita bisa lahir dengan selamat.
Walau saya tidak ada di samping kamu, insyaallah, jika Dia berkehendak
maka kamu dan anak kita akan diselamatkannya.”

Di pagi hari,
istrinya mengeluh perutnya sakit. Sepertinya akan melahirkan. Dengan
sigap suaminya memanggil taksi untuk membawa istrinya ke rumah bersalin
terdekat. Di dalam taksi suaminya terus berdoa. “Ya Allah, jika Engkau
berkehendak maka tidak ada satupun makhluk yang dapat menolak
kehendak-Mu. Izinkanlah aku meminta pada-Mu Ya Robbi pencipta manusia.
Istriku akan melahirkan, buatlah ia tenang dalam perjalanannya menuju
rumah bersalin agar kegelisahanku berkurang. Ya Robbi, lancarkanlah
persalinannya dan selamatkanlah keduanya. Ya Allah, karuniakanlah hamba
anak yang sempurna dan sholeh, yang nantinya dapat membahagiakan kami di
dunia dan akhirat.”

Sesampainya di rumah bersalin,
dipanggilnya suster jaga untuk segera menolong istrinya yang akan
melahirkan. Setelah dibawa ke dalam ruang bersalin oleh suster, suaminya
menunggu di luar ruang. Harap cemas menyelimutinya. Gelisah menghampiri
saat terdengar suara teriakan istrinya dari dalam ruangan. “Sepertinya
proses persalinan sedang berlangsung,” pikirnya seraya ia memanjatkan
doa kepada Allah agar Dia berkenan menyelamatkan istri dan anaknya. Ya,
suaminya tak pernah lepas dari berdoa. Ia sangat yakin hanya kepada
Allah ia memohon pertolongan.
Tak lama terdengarlah suara tangis
bayi dari dalam ruang bersalin. Haru menyelimuti sang suami. Tak terasa
air mata pun menetes deras. Ia bersimpuh sujud seraya berdoa mengucapkan
terima kasih kepada Allah Swt, Sang Khaliq yang telah menyelamatkan
anaknya. Mendadak muncul pertanyaan dalam hatinya, bagaimana dengan
istrinya. Dilanjutkan sujudnya, kini ia meminta agar diselamatkan
istrinya, ibu dari anaknya. Dalam sujudnya ia terkaget dengan suara
derit pintu dan seorang wanita yang memanggilnya. Oh ternyata dokter
yang menolong istrinya keluar dari ruang sambil berucap, “Selamat ya
pak! Anak dan istri bapak selamat. Sekarang bapak bisa melihat ke dalam.
Silahkan..”

Mendengar itu, ia langsung saja menerobos masuk ke
dalam ruang. Dengan penuh cinta ia langsung menggendong bayinya. Lalu
ia pun mengumandangkan azan dan iqomat di telinga kanan dan kiri. Saat
azan dan iqomat dikumandangkan air mendadak deras mengalir keluar dari
matanya. Rupanya ia tak kuasa menahan tangis haru. Selepas itu tak
henti-hentinya ia bersyukur kepada Allah atas karunia dan nikmat yang
Allah berikan berupa anak dan keselamatan anak-istrinya.

*****

Saudaraku,
Seringkali kita lupa akan sosok yang satu itu. Kisah di atas mungkin
cukup untuk mengingatkan kembali sesungguhnya sosok pahlawan itu ada di
sekitar kita. Bahkan mereka selalu bersama kita sehari-hari. Setiap pagi
selalu membangunkan kita untuk sholat shubuh dan menyiapkan sarapan
untuk keluarga. Tatkala kita sakit mereka yang pertama kali
mengkhawatirkan keadaan kita dan membawa ke rumah sakit. Mereka tak
peduli berapa biaya yang dikeluarkan agar kita sehat kembali. Di pikiran
mereka, jangan sampai anak saya terlalu lama merasakan sakitnya.

Saudaraku,
Karena itu seorang ibu dengan rela, siang dan malam menjaga kita. Ia
takut kalau kita memerlukan sesuatu atau hanya sekedar memberi minum.
Ketika suhu badan kita meninggi ia pun panik berteriak memanggil dokter.
Dalam kondisi seperti itu, seorang ayah dengan sekuat tenaga mencari
penghasilan tambahan agar ia dapat membiayai pengobatan anaknya. Bahkan
berbagai cara terkadang dilakukan. Jika perlu berhutang akan
dilakoninya, pintasnya.

Itu hanya sebagian kecil realita dari
sosok pahlawan itu. Dalam kondisi yang lain mungkin kita bisa
mengingatnya kembali. Bagaimana dua orang pahlawan itu sibuk
mempersiapkan berbagai hal tatkala mendengar anaknya masuk ke perguruan
tinggi. Mereka tak pernah mengeluh hatta mereka tidak memiliki uang
sedikit pun. Mereka selalu menutupi kondisi sebenarnya dengan baik,
hanya untuk menyenangkan hati anaknya. Prinsip mereka, biarlah kami
berkorban jauh dari kesenangan asalkan anak kami tidak sedih.

Cukupkah realita itu untuk mengkategorikan dua sosok, ayah dan ibu,
sebagai pahlawan? Bahkan jika bisa seharusnya mereka menyandang,
’Pahlawan Sejati’ dari seluruh pahlawan yang pernah ada di negeri dan
dunia ini. Karena ayah dan ibu, mereka berjuang dengan seluruh jiwa dan
harta. Tak ada sejengkal dari jasadnya yang tak ia korbankan demi
kebahagiaan anak tercinta. Tak ada sepeserpun uang yang mereka tak
keluarkan untuk kepentingan anaknya. Bahkan yang kini kita sebut sebagai
pahlawan, apakah mereka adalah Jenderal Sudirman atau Bung Tomo, mereka
dilahirkan dan dibesarkan oleh dua sosok pahlawan ini

Saudaraku,
Berbahagialah kalian yang disekitarnya masih ada dua sosok pahlawan,
ayah dan ibu. Jagalah mereka dengan baik. Usahlah kita berperilaku tak
baik pada mereka. Apalagi sampai kata ’ahh’ menghiasi mulut kita saat
berbicara dengan mereka. Mereka lebih dari sekedar pahlawan tanpa tanda
jasa. Jika perlu, apa yang mereka inginkan kita berusaha untuk
memenuhinya. Melihat kita menjadi seorang sarjana adalah harapan mereka.
Dan menjadi anak yang sholeh-sholehah, berbakti pada mereka, dan
berguna bagi ummat adalah cita-cita mereka. Semoga kita dapat
mewujudkannya!

Tags : cerita
kisah islami
kisah
islam
sejarah
nabi muhammad
cerita
cerita nyata
cerita
islam
kisah
islami
kisah
cerita islam
cerita
islami
kisah
mengharukan cinta
teladan
islam
kisah
nyata islami
kisah
inspiratif islami
kisah
inspirasi islami
kisah
teladan islam
kisah
hikmah islami
cerita
nabi
kisah
kisah islami
kisah
anak islami
cerita
cerita nabi
cerita
kisah nabi
cerita
sejarah nabi
teladan
islam
kisah
teladan
kisah
islam
kata
kata mutiara
kata
mutiara mutiara
 

Kisah Cerita Islami: Teladan Islam

Kisah Inspiratif Islami | Bersikap Baik dan Bijak