in

Keterpaduan Sistem Pendidikan Islam – Kabar Pendidikan

Dalam memodernisasi pendidikan maka memadukan unsur keislaman, ke-Indonesiaan dan keilmuan serta kemodernan merupakan sebuah keniscayaan, sebab tantangan dan tuntutan dunia pendidikan ke depan akan semakin kompleks, sehingga mau tidak mau lembaga pendidikan Islam harus berubah menjadi lebih baik.

a. Keislaman
Ajaran Islam dengan jelas menunjukkan adanya hubungan organik antara ilmu dan iman. Dalam ajaran Islam tidak ada pemisahan antara Ilmu Pengatahuan Umum dan Ilmu Keislaman bahkan keduanya bila dimiliki oleh seseorang akan mendapatkan derajat yang tinggi dihadapan Allah sesuai dengan janji-Nya. Sebagaimana firman Allah;

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujādilah [58]: 11)

Hubungan organik itu kemudian dibuktikan dalam sejarah Islam klasik ketika kaum muslim memiliki jiwa kosmopolit yang sejati. Atas dasar kosmopolitanisme itu umat islam membangun peradaban dalam arti yang sebenar-benarnya yang juga berdimensi universal. Sebab pada dasarnya Islam itu membawa kemajuan dan bukan sebaliknya.

Sejarah telah membuktikan, Islamlah yang telah membawa kepada zaman kekuatan dan kegemilangan. Inilah yang memperkokoh nilai universalitas Islam yang meliputi unsur sejarah, filsafat, sains, teologi dan tasawuf, serta berbagai tradisi keilmuan Islam klasik. Dengan kata lain suatu penampilan Islam modern telah menyerap secara konstruktif dan positif kehidupan modern, namun semuanya tetap dalam nilai-nilai keislaman. Dalam bahasa sederhana dan paling populer didengar adanya keselarasan antara iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan imtaq (iman dan taqwa).

b. Keindonesiaan
Modernisasi pendidikan diharapkan mampu menciptakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang sejati sebagai konsep masyarakat Indonesia baru yang di dalamnya juga akan menemukan nilai-nilai universal Islam yang mampu melahirkan suatu peradaban masyarakat Indonesia masa depan. Sebagaimana pendapat Nurcholish Madjid yang mengupayakan modernisasi pendidikan dengan tegas dan jelas harus berlandaskan kemodernan yang berakar dalam keindonesiaan dengan dilandasi keimanan.

Oleh sebab itu, dalam upaya modernisasi pendidikan di Indonesia, tidak bisa menafikan peluang madasah sebagai institusi pendidikan yang merupakan bagian dari budaya indonesia yang asli. Madrasah diharapkan dapat memberikan respon atas tuntutan era mendatang yang meliputi dua aspek yaitu aspek universal dan aspek nasional. Aspek universal yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan dalam skala nasional yaitu pembangunan Indonesia. Bahkan peranan pesantren dan madrasah semakin besar dalam menentukan suatu pola pembangunan yang bersifat “indigenous” atau asli sesuai dengan aspirasi bangsa Indinesia sendiri, karena pesantren dan madrasah adalah sebuah lembaga sistem pendidikan-pengajaran asli Indonesia yang paling besar dan mengakar kuat. Tidak hanya sebatas eksistensi madrasah sebagai kelembagaan pendidikan Islam, tetapi sejauh mana peranannya dalam memberikan landasan moral dan etika pada proses pembangunan yang sedang berjalan.

c. Keilmuan
Persoalan mendasar yang sering terjadi pada dunia pendidikan kaum muslimin kontemporer adalah terpisahnya lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki konsentrasi dan orientasi yang berbeda. Ada lembaga yang menitikberatkan orientasi pada “ilmu-ilmu modern”, tapi ada juga lembaga yang menfokuskan diri pada “ilmu-ilmu tradisional. Realitas kelembagaan pendidikan ini lebih dikenal dengan dualisme pendidikan.

Modernisasi pendidikan pada dasarnya menghilangkan dualisme pendidikan tersebut. Sebab kedua bentuk lembaga tersebut sama-sama memiliki sisi positif yang patut dikembangkan dan juga masing-masing mempunyai kelemahan yang harus dibuang serta ditinggalkan. Usaha modernisasi pendidikan adalah tertuju pada upaya untuk mengkompromikan kedua lembaga ini dengan memadukan sisi baik antara keduanya, sehingga pada gilirannya akan melahirkan sistem pendidikan yang ideal.

Upaya penghilangan dualisme pendidikan tersebut tidak lepas dari upaya menghilangkan dikotomi keilmuan saat sekarang. Karena mengakarnya paham dikotomi keilmuan amat berpengaruh pada dinamika umat Islam itu sendiri. Pada masa kejayaan Islam hampir tidak terlihat adanya dikotomi keilmuan antara “ilmu-ilmu umum” dan “ilmu-ilmu keislaman”. Perkembangan ilmu pengetahuan berjalan demikian pesatnya, meliputi ilmu agama, bahasa, sejarah, aljabar, fisika, kedokteran, lan lain-lain. Tokoh-tokoh seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan Al-Shafa, dan lain-lain menyadari bahwa kesempurnaan manusia hanya akan terwujud dengan penyerasian antara “ilmu-ilmu umum” dan “ilmu-ilmu keislaman”, sebagai satu bagian yang tak terpisahkan dalam komponen keilmuan dalam Islam.

Sejarah pendidikan Islam telah menunjukkan bahwa keseimbangan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu dunia terdapat pada masa kejayaan dan kegemilangan Islam itu. Sebagaimana menurut Langgulung, keseimbangan ini tidak hilang kecuali pada masa kelemahan. Jadi kelemahan dan kemunduran umat Islam itu bukan karena Islam, tetapi karena menjauhi Islam.

Daftar Rujukan:
1. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: J-Art, 2007, hal. 543
2. Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang masalah, Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan, cet. Ke-2. Jakarta: Paramadina, 1992, hal. 24
3. Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES, 1996, hal. 87-89.
4. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahri, LIS., cet. Ke-7. Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hal. 167-172
5. Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, cet. Ke-12. Jakarta: Mutiara Sumber Widia, 1992, hal. 117.

Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Unggul

Teori dan Gaya Kepemimpinan – Kabar Pendidikan