in

BELAJAR SALAF: SALAF DAN SALAFIYAH

Salaf? Kata itu masih begitu asing.
Kalaupun ada yang mengenal,
biasanya dikaitkan dengan organisasi Keagamaan tertentu di Indonesia.

Kata Salaf seakan diklaim
menjadi “bahasa” keagamaan organisasi massa terbesar di nusantara ini.

Apakah senyatanya demikian?
Klaim ini perlu dikaji ulang!

Di sisi lain,
bila ada sekelompok orang
yang berupaya mengaplikasikan nilai-nilai salaf yang sejati…
maka sekian telunjukpun akan menuding: “WAHABI!!!”

Di tengah kancah kebutaan ummat terhadap agamanya…
kata Salaf dipolitisasi sedemikian rupa
hingga ummat tidak mengenal makna salaf sejatinya….

 

 SALAF DAN SALAFIYAH

 

A. Makna Salaf

 

Kata Salaf sering diucapkan. Maksudnya adalah generasi pertama dari kalangan sahabat dan tabi’in (generasi pasca sahabat) yang berada di atas fitrah (dien/agama) yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah. Mereka menyandarkan aqidah
kepada Alqur’an dan Assunnah yang suci. Pemikiran mereka belum ternodai
dengan pemahaman-pemahaman filsafat asing. Mereka telah berlalu sebelum
pengaruh filsafat-filsafat tersebut merusak kaum muslimin. Untuk
mengetahui batasan Salaf, maka kita harus mengetahui batasan jaman dan manhaj mereka.

 

B. Batasan Jaman

 

Adapun batasan jaman mereka adalah 3 generasi yang pertama yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam. Untuk keutamaan mereka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda,

 

“Sebaik-baiknya
kalian adalah generasiku (para Sahabat) kemudian orang-orang sesudah
mereka (tabi’in) kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’ut tabi’in)”
(Hadits Riwayat Imam Bukhary dalam Shahihnya)

 

Demikian
itu dikarenakan segala kebaikan yang ada pada diri mereka, dan di masa
mereka kelompok-kelompok sesat belum menampakkan permusuhan dan belum
menguasai kaum muslimin sebagaimana yang terjadi sesudah mereka tiada.
Berarti yang dimaksud Salaf menurut tinjauan sejarah adalah para sahabat Nabi, kemudian tabi’in, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka secara kebaikan (tabi’ut tabi’in). 

 

C. Batasan Manhaji

 

Adapun batasan manhaji
adalah orang-orang yang konsisten memegang prinsip-prinsip Alqur’an dan
Assunnah, mengutamakan prinsip tersebut di atas prinsip-prinsip akal
manusia dan mengembalikan semua permasalahan yang diperselisihkan kepada
keduanya, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wata’ala,

 

“Kemudian
jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Alqur’an) dan Rasulullah (Assunnah) jika kalian benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik
(bagi kalian) dan lebih baik akibatnya”
(An Nisa:59)

 

Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh mereka (Ahlus Sunnah). Karena kelompok-kelompok yang menyelisihi mereka dengan berbagai macam bentuknya adalah tidak konsisten di atas manhaj (jalan) ini. Kelompok yang lain menolak sebagian hadits-hadits, walaupun hadits tersebut shahih dan mentakwilkan
ayat-ayat yang sudah jelas dengan menyangka bahwa semuanya bertentangan
dengan akal sebagaimana terjadi pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang
berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Sebab tidak ada yang menetapkan
secara lahiriyah dan menafikan tasybih (penyerupaan kepada makhluknya) kecuali ulama Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka.

 

“Orang-orang
yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar”
(At taubah:100)

 

Orang-orang yang telah dijelaskan dalam ayat tersebut dengan sifat-sifatnya adalah Salafus Shalih. Adapun orang-orang (generasi) setelahnya dan menempuh jalan yang ditempuh mereka maka dinisbahkan kepada mereka dengan huruf “ya”, nisbahnya menjadi Salafy (baca: SALAFI -red). Adapun orang-orang yang datang setelahnya dan tidak mengikuti jalan mereka, mereka adalah khalaf dan mereka bangga dengan keadaan yang demikian itu. Mereka memisahkan jalan mereka sendiri dari jalan Salaf,
khususnya dalam hal menetapkan Sifat-sifat Allah. Bukti nyatanya yang
demikian itu ada dalam makalah-makalah mereka yang menyatakan jalan Salaf adalah selamat dan jalan khalaf adalah lebih berilmu dan lebih lurus. Makalah ini serta kebatilannya sangat mahsyur (terkenal). Dan juga dibawakannya makalah ini sebagai bukti pengakuan orang-orag khalaf bahwa mereka bukan di atas jalan Salaf, dan bahwasanya jalannya Khalaf lebih berilmu dan lebih lurus.

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah membatalkan ungkapan ini dan menetapkan bahwa jalan Salaf adalah
menghimpun segala sifat-sifat yang baik. Maka dari itu, JALAN MEREKA
(SALAFUS SHALIH) adalah LEBIH SELAMAT, ILMIYAH, DAN LURUS.   

 

Dinukil dari kitab “Adwa’un ‘ala Kutubis Salafi fil-Aqidati”
Oleh Syaikh Muhammad bin Rabi’ bin Hadi Al Madkhali
Judul Indonesia “Berkenalan Dengan Salaf”
Penerbit Maktabah Salafy Press

APA MAKNA WAHABI

Apa itu Salaf?